Di bulan Agustus lalu Mas Irsyad rekan kerja di kantor mengajak saya untuk touring mengendarai sepeda motor ke Bandung. Tidak lupa meminta ijin isteri terlebih dahulu untuk membawa si biru jalan-jalan dan disetujui. Kami berdua juga blast wacana touringnya di group “Setang Jepit” dengan jadwal Sabtu — Minggu di minggu pertama bulan September.
Sayangnya hingga hari H tetap hanya kami berdua saja anggotanya karena yang lain berhalangan.
Untuk titik temu kami janjian di Mitra 10 Cibubur pukul 08.30 WIB. Dan beberapa hari sebelum berangkat menyempatkan waktu untuk servis motor serta ganti oli. Rantai motor pun disetel dan diberi minyak agar tidak berisik dan kering. Di hari H saya bangun sekitar pukul 06.00 untuk beberes lalu mandi. Setelah pamit tidak lupa isi full tank di dekat rumah dan tarik gas santai menuju titik temu.
Sebetulnya acara perjalanan ini tidak terlalu ribet karena intinya hanya acara jalan santai ala sunmori para bapak-bapak yang jenuh dengan pekerjaan di kantor. Tujuan utamanya adalah mencoba pemandian air panas di daerah Lembang, sumbangan ide dari Mas Irsyad. Sangat menarik karena saya juga baru tahu di Lembang ada obyek wisata air panas. Biasanya sudah ada templatenya jika ke Bandung paling hanya sekedar kulineran dan ngopi santai.
Sekitar pukul 08.45 meski sedikit terlambat kami resmi memulai acara touring, menarik gas dengan santai. Formasinya adalah Mas Irsyad yang memimpin di depan bersama NMax putihnya. Sedangkan saya bersama Thunder 125 mengikuti perlahan dari belakang. Dari Mitra 10 mengambil arah Setu menuju ke Bekasi. Ternyata jalanan lumayan ramai dengan truk, sehingga harus gesit mengabil lajur kanan apabila memungkinkan untuk mendahului.
Harus berhati-hati karena meskipun sepi jalurnya sedikit sempit dan rawan kecelakaan apabila memakan jalur terlalu lebar.
Sekitar pukul 09.45 kami sudah sampai di arah Cikarang menuju Pantura. Berjalan dengan kecepatan tanggung sekitar 80–90 kpj dan kondisi jalanannya yang cukup lengang. Tidak terburu-buru karena toh jam makan siang masih lumayan lama. Sesuai dengan itinerari serta petunjuk navigasi kami sampai di Sate Maranggi Haji Yetty Purwakarta tepat pukul 10.30 WIB. Cepat juga ternyata, hanya setengah jam lebih sedikit perjalanan dari Pantura.
Setelah puas berkuliner, dari arah Haji Bu Yetty kami mengikuti lajur jalan Veteran menuju arah Bandung. Di persimpangan menuju Pasawahan — Purwakarta kami mengambil ke arah kiri karena ingin langsung ke Lembang. Melewati beberapa daerah asing yang sama sekali belum pernah saya kunjungi. Percaya saja dengan panduan di peta akhirnya kami sampai di daerah Cicadas.
Selama di perjalanan aspalnya sangat mulus dan tidak licin, memang jalurnya tidak seluas jalan antar provinsi tetapi masih dapat digunakan untuk melaju dengan kencang. Beberapa poin positif lainnya adalah tidak banyak bertemu dengan kendaraan berat sehingga lebih ramah lingkungan. Pemandangannya pun didominasi sawah serta hutan bambu sehingga adem untuk mata. Kami juga menyempatkan isi bensin full tank di Pertamina terdekat.
Medan perjalanannya juga ramah untuk ukuran mesin motor saya, tidak terlalu banyak tanjakan sadis dan belokannya tidak tajam. Sekitar pukul 13.30 kami sudah berhasil keluar dari daerah Cicadas dan langsung melewati Ciater. Di daerah Ciater mas Irsyad menunjukkan beberapa obyek wisata untuk pemandian air panas. Baru sadar di Lembang dekat dengan lahan PTPN bagian ujung, ternyata masih ada hidden gem yang belum pernah saya dan isteri kunjungi.
Tidak jauh dari Ciater kami akhirnya sampai di Warung Kopi Gunung, destinasi kedua kami untuk melepas penat setelah perjalanan jauh. Untungnya masih mendapatkan tempat untuk parkir. Hanya saja ketika akan memesan minuman antrenya lumayan panjang. Sembari meregangkan otot yang tegang saya dan Mas Irsyad ngobrol-ngobrol serta diskusi terkait pekerjaan kantor. Lumayan jadi tahu gosip di sekitar yang lagi happening.
Kebetulan Mas Irsyad ternyata membutuhkan tour guide karena berencana mengajak isteri dan anaknya untuk mengujungi Lembang. Karena belum pernah jalan ke Farm House Lembang, saya pun menunjukkan tempatnya. Sebetulnya geli juga bapak-bapak pergi berdua ke Farm House, karena biasanya ini adalah tempat berlibur bersama keluarga 🤣 Sekalian mengenalkan tahu susunya yang sangat direkomendasikan.
Pulang dari Farm House sekitar pukul 17.00 dan langsung menuju penginapan di daerah Sersan Bajuri. Saya memesan penginapannya ketika makan di Haji Yetty. In my humble (and honest) opinion, saya tidak merekomendasikan tempat kami menginap. Sehingga sengaja saya tidak mencantumkannya pada cerita ini. Yang jelas parah penginapannya karena selain air AC yang bocor juga di kasur ada kotoran tikus.
Setelah bersantai sejenak di penginapan dan mandi. Sebelum pukul 19.00 kami bergegas berangkat ke kota menuju Iga Bakar si Jangkung. Udara malam Lembang sangat dingin, saya yang membonceng Mas Irsyad sampai menggigil terkena angin malam. Seperti biasanya Bandung macet ketika di akhir minggu. Sampai di tempat kami langsung pesan makanan. Dan seperti biasanya, setiap tamu yang saya ajak makan di tempat ini selalu memberikan applause.
Bahkan selain Iga Bakar, Mas Irsyad juga pesan tongseng. Katanya sih juga wajib untuk pesan menu yang satu ini~ {: prompt-tip }
Waktu sudah menunjukkan pukul 20.45, sesuai rencana kami berangkat kembali ke Lembang. Agak berputar-putar memang dari selatan kembali ke utara, tapi bagaimana lagi karena pin lokasi wisata yang diinginkan adalah seperti itu. Mas Irsyad dengan cepat langsung menarik gas melesat menuju daerah Ciater. Di daerah Ciater ada beberapa tempat pemandian yang direkomendasikan oleh Mas Irsyad. Namun saya justru lupa beberapa nama yang pernah disebutkan.
Di kesempatan touring ini kami mencoba pemandian air panas yang bernama Gracia Spa Pool. Mohon maaf apabila tidak mengambil fotonya karena sudah larut malam dan kamera iPhone saya kurang bagus apabila low light. Tempat ini beroperasi selama 24 jam dan nuansanya tampak “ high class “ menurut saya, terlihat dari fasilitas mini bar serta restaurannya. Kenapa 24 jam? karena menjadi satu dengan penginapan.
Aksesnya agak jauh dari jalan utama dan harus berhati-hati karena jalannya agak rusak.
Saya ingin sekali membawa isteri dan keluarga besar ke tempat ini, karena ternyata selain hot spring juga terdapat villa penginapan serta restoran. Fasilitasnya tampak modern serta terawat. Terlihat dari tempatnya yang bersih termasuk toiletnya. Air panasnya mantap tidak terlalu bau belerang karena mungkin menggunakan filter, awalnya terasa sangat panas namun setelah membaur dengan udara dingin Lembang jadi terasa hangat. Kalau kata Mas Irsyad jauh lebih panas yang di Kawah Ratu — Ciater.
Tempat ini cukup ramai bahkan hingga pukul 00.30 pagi, semakin malam malah semakin padat dikunjungi oleh wisatawan yang rata-rata tampaknya sekeluarga. Setelah puas berendam kami membersihkan badan dan kembali pulang ke penginapan untuk beristirahat. Efek mandi air panas tidur pun menjadi pulas. Terbangun pukul 10.00, sedangkan Mas Irsyad sudah keluyuran sendiri mencari sarapan bubur ayam.
Tidak ingin membuang waktu karena senin sudah harus bekerja, kami berdua segera membereskan perlengkapan lalu check-out. Tidak lupa makan siang di Kampung Daun Culture Gallery & Cafe. Sengaja saya ajak makan ke sini karena biasanya isteri sangat suka dengan nuansa masakan Sunda. Siapa tahu Mas Irsyad jadi punya ide mengajak anak dan isterinya juga untuk santap siang di sini pada kesempatan berikutnya.
Wajib pesan Ayam Bakakak Bakar di tempat ini
Waktu sudah menunjukkan pukul 12.15 WIB dan artinya harus segera pulang. Oleh navigasi diarahkan melalui jalur pegunungan di daerah Ciloa. Perlu berhati-hati karena jalannya sangat sempit bahkan ketika berpapasan dengan mobil pun harus sedikit menepi. Sangat tidak disarankan untuk melewati jalur Ciloa toh ujung-ujungnya juga dilewatkan Padalarang. Saya pribadi memilih jalur keberangkatan yang lebih santai dan tidak terlalu sport jantung.
Jalanan di hari minggu cukup lengang dan hanya sedikit ramai kendaraan berat. Karena sempat berputar-putar di Ciloa maka di perjalanan pulang terasa lebih lama daripada ketika berangkat. Kami berdua sempat beberapa kali terpisah karena terjebak timing lampu merah di Purwakarta, namun dapat bertemu lagi di persimpangan berikutnya. Baru di Bekasi kami benar-benar harus berpisah di simpang jalan karena beda jalur tujuan.
Saat melewati daerah Setu saya terjebak kemacetan di daerah Cileungsi selama kurang lebih 30 menit lamanya. Akhirnya dapat mendarat di rumah dengan selamat sekitar pukul 17.45. Memang sebaiknya jangan melewati pasar Cileungsi ketika minggu sore, karena selain ada pembangunan perumahan baru juga pembagian arus lalu lintas yang tidak menggunakan lampu lalu lintas.
Beberapa tempat yang kami kunjungi memang lumayan mahal tetapi kualitasnya masih sesuai harga yang tertera. Per orang budget yang dikeluarkan adalah Rp. 435.000,-. Sudah termasuk penginapan, 3x makan, 1x ngopi, dan pemandian air panas. Namun tidak termasuk bahan bakar dan mampir ke Farm House. Sedikit mereview motor tua Thunder 125 milik saya, ternyata masih tangguh dan cukup bandel di lapangan.
Terimakasih kepada Mas Irsyad dengan NMaxnya yang sudah sabar dan setia menemani saya dengan si biru selama touring. Sampai jumpa di kesempatan jalan-jalan berikutnya ya. Salam satu aspal!